Selasa, 10 Februari 2009

Rumsfeld pernah setuju siksa tawanan Irak

George W. Bush terus membela Rumsfeld

Menteri Pertahanan Amerika Serikat Donald Rumsfeld dituding memberi persetujuan atas program dan operasi rahasia untuk menyiksa tawanan perang Irak -Majalah The New Yorker-.

Sebuah artikel di majalah The New Yorker mengatakan, Rumsfeld menggunakan dan memperluas program interogasi yang selama ini digunakan di Afghanistan.

Menurut artikel tersebut, operasi rahasia itu termasuk penyiksaan dan pelecehan seksual terhadap tawanan perang Irak untuk mendapat keterangan intelijen.

Departemen pertahanan Amerika Serikat membantah, dan mengatakan artikel itu "tidak masuk akal, penuh konspirasi, penuh kesalahan dan tidak berdasar".

"Tidak ada pejabat di Departemen Pertahanan yang mendukung program apapun yang mengarah kepada penyiksaan tawanan," bantah juru bicara Pentagon.

Sementara, harian Washington Post hari Minggu (16/05/2004) melaporkan, pejabat intelijen militer melakukan penyiksaan terhadap tawanan warga Suriah di penjara Abu Ghraib, berupa pembatasan tidur dan penelanjangan.

Penasihan hukum LSM Human Rights Watch James Ross kepada harian itu mengatakan, rencana itu "jelas mengijinkan penyiksaan tawanan"

Interogasi langsung

Artikel majalah The New Yorker itu ditulis oleh seorang wartawan Amerika terkemuka, Seymour Hersh, orang pertama yang membocorkan laporan rahasia tentang penyiksaan di dalam penjara Abu Ghraib, berikut penerbitan berbagai foto penyiksaan tawanan.


Akar skandal penyiksaan di penjara Abu Ghraib adalah keputusan yang dibuat tahun lalu oleh Menhan AS, Donald Rumsfeld.

Seymour Hersh dalam artikelnya di majalah The New Yorker

Pernyataan itu bersumber dari pengakuan pejabat intelijen yang ingin namanya dirahasiakan, yang mengatakan, program dan operasi itu memberi payung wewenang untuk membunuh, atau menangkap dan meninterogasi target-target "berharga" dalam perang melawan terorisme.


Tawanan perang Irak yang disiksa

Menurut Hersh, Program dan operasi itu muncul dari frustasi akibat berbagai keterbatasan dan pembatasan hukum dalam upaya untuk membidik pemimpin kelompok Al-Qaida setelah penyerbuan dan pendudukan Amerika Serikat di Afghanistan tahun 2001.

Menurut Hersh, perintah itu mengijinkan pasukan khusus untuk melancarkan interogasi langsung -dengan kekerasan bila dianggap perlu-, dalam pusat-pusat penahanan CIA di berbagai tempat di seluruh dunia.

Bantahan

Menurut artikel itu, tahun lalu, Rumsfeld dan Stephen Cambone, wakilnya untuk urusan intelijen, memperluas cakupan program itu dengan memasukkan teknik tersebut dan menggunakannya terhadap tawanan perang di penjara Abu Ghraib dekat Baghdad.


Penyiksaan tawanan perang Irak

Selain itu, foto-foto penyiksaan tawanan perang Irak oleh tentara pendudukan Amerika Serikat menyulut kemarahan di dunia internasional dan di dalam Amerika sendiri.

Rumsfeld dan beberapa Jenderal senior Pentagon telah digenjot habis oleh komite pertahanan kongres Amerika Serikat.

Dalam persidangan dengan komite kongres, Rumsfeld mengatakan bahwa komandan-komandan senior tidak pernah mengeluarkan perintah untuk menyiksa tawanan, dan mereka yang menyiksa tawanan akan mendapat hukuman. Tujuh tentara telah mendapat dakwaan mahkamah militer.

Artikel Hersh itu dibantah juru bicara Pentagon, Lawrence Di Rita segera setelah artikel itu muncul di situs The New Yorker hari Sabtu (15/05/2004)

"Kisah ini tampaknya adalah kesimpulan pribadi dari mereka yang punya hubungan dengan kegiatan departemen pertahanan," tutur Di Rita.

Tidak ada komentar: