Selasa, 10 Februari 2009

KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN

KOMUNIKASI DALAM PENDIDKAN












KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN

zaenal mustahfa

A. Pendahuluan
Dunia semakin cepat berubah, dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan teknologi sudah demikian pesatnya memberikan dampaknya yang menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Salah satu hal yang berkembang sangat pesat dan menjadi pemicu dari perkembangan yang telah ada adalah komunikasi .
Nah, dalam perkembangan terakhir dimana dunia informasi menjadi sangat penting dalam aspek kehidupan, maka komunikasipun akhirnya tidak dapat ditawar lagi dan menjadi bagian yang sangat penting dalam melengkapi kehidupan manusia.
Metode, fasilitas dan perangkatnya pun sudah berkembang maju sedemikian modernnya sehingga sekarang dunia seakan tidak ada batas lagi, manusia dapat berhubungan satu-sama lain dengan begitu mudah dan cepatnya.
Komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya, yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana dimulai dengan sejumlah ide-ide yang abstrak atau pikiran dalam otak seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung maupun tidak langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau kode tulisan
Pada awal kehidupan di dunia, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan
Pada binatang, selain untuk seks komunikasi juga dilakukan untuk menunjukkan keunggulan, biasanya dengan sikap menyerang. Munurut sejarah evolusi sekitar 250 juta tahun yang lalu munculnya "otak reptil" menjadi penting karena otak memungkinkan reaksi-reaksi fisiologis terhadap kejadian di dunia luar yang kita kenal sebagai emosi. Pada manusia modern, otak reptil ini masih terdapat pada system limbik otak manusia, dan hanya dilapisi oleh otak lain "tingkat tinggi". Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, atau tak bertujuan
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Walaupun komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”, topik ini menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio. Televisi, telepon, satelit dan jaringan komuter seiring dengan industiralisasi bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri. Mencari teori komunikasi yang terbaik pun tidak akan berguna karena komunikasi adalah kegiatan yang lebih dari satu aktifitas. Masing-masing teori dipandang dari proses dan sudut pandang yang berbeda dimana secara terpisah mereka mengacu dari sudut pandang mereka sendiri. Dalam pendidikan, ada dua istilah penting yang berbeda dalam memandang proses pembelajaran. Istilah pertama adalah “pedagogi” akar katanya berasal dari bahasa Yunani, yakni paid artinya kanak-kanak dan agogos artinya memimpin. Dilihat dari akar katanya, pedagogi mengandung arti memimpin anak-anak atau secara khusus diartikan sebagai “suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak”. Lambat-laun pedagogi didefinisikan sebagai “ilmu dan seni mengajar”. Dalam kosep ini, pendidikan dipahami sebagai “transfer pengetahuan atau kebudayaan”. Guru adalah pusat perhatian dan sumber informasi. Atau dalam istilah Freirean, “guru adalah bank informasi” dan murid-murid adalah “cawan kosong yang harus diisi”. Juga, murid tergantung sepenuhnya pada guru, kepribadian masih mentah dan karena itu perlu tuntunan. (Jalaudin Rahmat, 1996,98)

Istilah kedua adalah “andragogi” berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni andra, berarti orang dewasa (berkelamin laki-laki) dan agogos berarti memimpin. Jika didefinisikan, andragogi adalah ” seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar” Dalam perkembangan selanjutnya, istilah ini kemudian memunculkan istilah “pendidikan orang dewasa”, sebuah istilah yang tidak bias jender. Pedagogi dan pendidikan orang dewasa berbeda dalam memandang peserta, proses pembelajaran, dan tujuannya. Pendidikan orang dewasa memandang peserta sebagai individu yang kaya akan pengalaman, dalam arti memecahkan persoalan hidupnya, memiliki keterampilan-keterampilan tertentu, memiliki hubungan-hubungan dan peran-peran sosial tertentu, punya prakarsa, pendapat, sikap atau hobi tertentu, namun mereka tetap membutuhkan pendidikan. Karena itu, dalam pendidikan orang dewasa, yang dibutuhkan bukanlah “guru” melainkan seseorang yang mampu memfasilitasi proses belajar, mampu menciptakan iklim belajar, dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan serta menggali pengalaman yang telah dimiliki oleh orang dewasa.
Karena karakteristik-karakteristik tertentu dari peserta dan tujuan pembelajaran, pendidikan orang dewasa membutuhkan proses belajar-mengajar serta metode yang berbeda. Bertolak dari karakteristik orang dewasa, dalam proses belajar-mengajar pendidikan orang dewasa, baik fasilitator maupun peserta sama-sama menjadi “peserta komunikasi”. Komunikasi berlangsung dua arah karena kedua pihak terlibat dalam proses saling belajar. Jika dilukiskan, proses belajar tidaklah bergerak linier, tetapi siklis. Hasil dari proses pembelajaran adalah: Sebagai subyek atas hidupnya peserta semakin mampu memetakan dan memecahkan atau mengatasi masalah hidupnya. Juga proses komunikasi mendorong terbentuknya persekutuan-persekutuan.
Komunikasi adalah bagian integral penting dalam setiap proses pembelajaran. Mengingat karakteristik peserta dan peran fasilitator dalam pendidikan orang dewasa, maka model komunikasi yang cocok adalag komunikasi partisipatif (juga dalam pedagogi, komunikasi partisipatif merupakan model terbaik). (Everett M. Rogers,1988,90)
Model Laswellian (Sender–Message–Channel–Receiver–Effect) yang linier dan mekanistik maupun model partisipatif dapat dimanfaatkan dalam pendidikan orang dewasa, Yang terpenting adalah, kelemahan-kelemahan tiap metode (tentu tiap metode mempunyai kelemahan masing-masing!) dicoba disiasati agar ada ruang bagi partisipasi peserta. Berikut ini beberapa metode yang dapat digunakan dalam kegiatan pendidikan orang dewasa.

Ceramah
Metode ini cocok untuk memperkenalkan topik atau materi baru, menyampaikan laporan dan fakta-fakta yang sistematis, dan menjelaskan secara panjang-lebar. Hasil maksimal dicapai bila ceramah disampaikan dengan jelas, menarik, humor dan diselingi alat-alat visual (VCD, infokus, slides, poster) dan tanya-jawab untuk memberi kesempatan kepada peserta menanyakan hal-hal yang dianggap kurang jelas atau istilah yang tak dipahami. Penceramah sebaiknya menyajikan materi dengan pokok-pokok pikiran, berdiri di tengah-tengah peserta dan melakukan kontak mata dengan peserta secara bergilir. Kelemahan metode ini antara lain peserta pasif, sulit mengukur sejauh mana materi berhasil dipahami peserta, dan peserta mengantuk.

Visualisasi
Visualisasi merupakan pelengkap dan kepanjangan dari kata-kata dengan menggunakan alat bantu visual. Metode ini dapat menolong peserta yang tak terbiasa menulis atau malu menjelaskan secara verbal pikiran-pikirannya untuk berbicara di depan kelas. Kecuali itu, membantu untuk menghindari pembicaraan yang berputar-putar atau mengulang-ulangi.

Bermain Peran (Role Play)
Bermain dapat meningkatkan interaksi di antara para peserta. Memberi kesempatan kepada para peserta untuk mencermati perilaku manusia: perasaan-perasaannya, gerakan-gerakan tubuhnya dan menambah pengetahuan tentang perilaku manusia. Metode ini juga memberi kesempatan untuk proses learning by doing: Peserta diperhadapkan dengan masalah dan harus memecahkan masalah tersebut, dan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya. Sementara satu kelompok bermain peran, para peserta lain belajar mengamati sikap orang lain, peran-perannya, perasaan-perasaannya, dan mengidentifikasikan cara-cara pemecahan masalah yang berbeda-beda. Untuk bermain peran perlu dibuat kasus dalam bentuk cerita atau dialog yang akan diperankan oleh kelompok-kelompok. (Everett M. Rogers,1988,93)
Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok digunakan untuk pendalaman pokok bahasan melalui komunikasi yang partisipatif; memberi kesempatan kepada para peserta untuk mengutarakan pikiran, membahas studi kasus, merangkum perbedaan-perbedaan pendapat dalam kelompok, bekerja sama, mengembangkan toleransi, simpati, menumbuhkan rasa percaya diri induvidu dalam kelompok. Namun fasilitator perlu menjaga agar dalam kelompok tidak ada suara dominan atau menguasai dan tiap anggota kelompok berpatisipasi dan merasa pengetahuan dan pendapatnya dihargai.
Meta Plan. Meta plan adalah karton warna-warni yang digunting menurut bentuk dan ukuran tertentu. Penggunaan meta plan merupakan salah satu cara efektif bagi peserta untuk berani mengemukakan pikiran khususnya secara tertulis dan dengan menggunakan kata-kata kunci. Meta-plan mengajak peserta untuk berpikir dan atau berkomunikasi secara fokus dan singkat, mengimbangi “budaya lisan” yang cenderung kurang fokus dan “cerewet”.
Tanya-Jawab. Tanya-jawab merupakan metode efektif untuk memberi kesempatan kepada peserta menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang belum dipahami, atau masih belum jelas, atau memastikan suatu pendapat. Tanya jawab juga berguna untuk menyamakan persepsi antara peserta dengan fasilitator.
Pemutaran Video (Video Showing). Pemutaran video merupakan metode untuk memampukan peserta memahami secara lebih mendalam dan komprehensif terhadap sebuah topik. Pemutaran video juga memampukan peserta untuk mengingat materi yang dipelajari bersama-sama. Namun demikian, pemutaran video perlu diikuti dengan diskusi dalam kelompok besar atau kelompok kecil untuk saling memberi tanggapan atas tayangan yang ditonton.
Bercerita/Berbagi Pengalaman. Ini merupakan cara efektif untuk menyingkirkan budaya “diam” (baca juga: “bisu”) dan pengenalan kasus-kasus, dengan mengajak peserta menggali dan atau mengidentifikasi pengalaman sendiri atau cerita yang pernah mereka dengar.
Curah Pendapat. Metode ini efektif untuk mendapatkan umpan balik dari para peserta. Umpan balik penting untuk membangun komunikasi yang efektif dan sekaligus memperoleh kesamaan persepsi dan menghilangkan asumsi yang berbeda antara fasiitator dengan peserta.
Studi Kasus (Case Study)
Studi kasus digunakan dapat disajikan secara lisan, tertulis, dramatisasi (role play), film/audio-visual, atau kaset (audio)), dan lain-lain. Metode ini lebih bersifat komprehensif dibandingkan dengan latihan-latihan praktis. Studi kasus bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan menganalisa masalah; membahas masalah dalam konteks yang lebih spesifik; mendorong kelompok untuk mengemukakan sikap-sikap mereka; menerapkan pengambilan keputusan dalam kelompok dan sekaligus memampukan bekerja sama.

B. PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Dalam Komunikasi

Studi komunikasi dewasa ini telah banyak melahirkan berbagai macam teori yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Ada banyak teori tentang komunikasi. Berdasarkan kurun waktu dan pemahaman atas makna komunikasi, teori komunikasi semakin hari berkembang seiring berkembangnya teknologi informasi yang memakai komunikasi sebagai bahan kajian.
. Teori komunikasi kontemporer yang merupakan perkembangan dari teori komunikasi klasik melihat fenomena komunikasi tidak fragmatis. Artinya, komunikasi dipandang sebagai sesuatu yang kompleks-tidak sesederhana yang dipahami dalam teori komunikasi klasik
.Pendekatan dalam memahami komunikasi pun tidak hanya mengacu pada teori semata, tetapi juga memperhitungkan mazhab dan model apa yang dipakai. Mazhab yang dipakai antara lain mazhab proses dan semiotika. Namun, dalam makalah ini ini saya tidak membahas teori kontemporer yang dianggap ‘pahlwan revolusioner’, tetapi saya mengajak untuk mengkaji lebih detail tentang salah satu teori komunikasi klasik yang dicetuskan oleh Shannon dan Weaver, yaitu teori matematis atau teori informasi yang berkembang setelah perang dunia II . Teori yang termasuk ke dalam tradisi sibernetik ini mengkaji bagaimana mengirim sejumlah informasi yang maksimum komunikasi klasik melalui saluran yang ada Tentunya teori ini memiliki kelebihan dan kelemahan jika dibandingkan dengan teori-teori lainnya. Apakah teori ini masih relevan atau justru sudah tidak dapat disentuh sama sekali. Namun, kita tidak bisa menafikkan kontribusi Shannon dan Weaver dalam memberikan inspirasi ahli-ahli komunikasi berikutnya yang terus mengembangkan teorinya seperti Gerbner, Newcomb, Westley dan MacLean, dan lain-lain.( Everett M. Rogers,1989.23)

1. Konteks Sejarah
Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b),Mathematical Theory of Communication.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.
Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang Dunia II di Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri adalah insiyiur di sana yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannon ini untuk diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut mereka, saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang radio.
Latar belakang keahlian teknik dan matematik Shannon dan Weaver ini tampak dalam penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu sistem telepon, faktor yang terpenting dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada pesan atau makna yang disampaikan-seperti pada mazhab semiotika, tetapi lebih pada berapa jumlah sinyal yang diterima dam proses transmisi.
Teori informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah sinyal yang lewat melalui saluran atau media dalam proses komunikasi. Ini sangat berguna pada pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini yang mendesain transmitter, receiver, dan code untuk memudahkan efisiensi informasi. (Model Komunikasi Shannon dan Weaver, 1970.23)Jika dianalogikan dengan pesawat telepon, salurannya adalah kabel, sinyalnya adalah arus listrik di dalamnya, dan transmitter dan penerimanya adalah pesawat telepon. Dalam percakapan, mulut adalah transmitternya, sedangkan gelombang suara yang ke luar melalui saluran udara adalah sinyalnya, dan telinga adalah penerimanya.
Shannon dan Weaver membuat model komunikasi yang dilihat sebagai proses linear yang sangat sederhana. Karakteristik kesederhanaanya ini menonjol dengan jelas. Mereka menyoroti masalah-masalah komunikasi (penyampaian pesan) berdasarkan tingkat kecermatannya.
Sebagaimana yang dipakai dalam teori komunikasi informasi atau matematis, konsep tidak mengacu pada makna, akan tetapi hanya memfokuskan titik perhatiannya. Konsep dasar dalam teori ini adalah entropi dan redundansi-konsep yang dipinjam dari thermodynamics. Kedua konsep ini saling mempengaruhi dan bersifat sebab akibat (kausatif). Di mana entropi akan sangat berpengaruh terhadap redundansi yang timbul dalam proses komunikasi. Sedangkan Entropi adalah konsep keacakan, di mana terdapat suatu keadaan yang tidak dapat dipastikan kemungkinannya. Entropi timbul jika prediktabilitas/kemungkinan rendah (low predictable) dan informasi yang ada tinggi (high information). Sebagai contoh ada pada penderita penyakit Aids. Pengidap Aids atau yang lebih sering disebut OHIDA tidak dapat dipastikan usianya atau kapan ia akan dijemput maut. Ada yang sampai delapan tahun, sepuluh tahun, bahkan sampai dua puluh tahun, masih bisa menjalani hidup sebagaimana orang yang sehat. Hal ini dikarenakan ajal atau kematian adalah sebuah sistem organisasi yang kemungkinannya sangat tidak
Dengan kata lain, semakin besar entropi, semakin kecil kemungkinan-kemungkinannya (prediktabilitas). Informasi adalah sebuah ukuran ketidakpastian, atau entropi, dalam sebuah situasi. Semakin besar ketidakpastian, semakin besar informasi yang tersedia dalam proses komunikasi. Ketika sebuah situasi atau keadaan secara lengkap dapat dipastikan kemungkinannya atau dapat diprediksikan-highly predictable, maka informasi tidak ada sama sekali. Kondisi inilah yang disebut dengan negentropy. (Everett M. Rogers,1987,87)
Konsep kedua yang merupakan kebalikan dari entropi adalah redundansi. Redudansi adalah sesuatu yang bisa diramalkan atau diprediksikan (predictable). Karena prediktabilitasnya tinggi (high predictable), maka informasi pun rendah (low information). Fungsi dari redundan dalam komunikasi menurut Shannon dan Weaver ada dua, yaitu yang berkaitan dengan masalah teknis dan yang berkaitan dengan perluasan konsep redundan itu sendiri ke dalam dimensi sosial.
Fungsi redundansi apabila dikaitkan dengan masalah teknis, ia dapat membantu untuk mengatasi masalah komunikasi praktis. Masalah ini berhubungan dengan akurasi dan kesalahan, dengan saluran dan gangguan, dengan sifat pesan, atau dengan khalayak.
Kekurangan-kekurangan dari saluran (channel) yang mengalami gangguan (noisy channel) juga dapat diatasi oleh bantuan redundansi. Misalnya ketika kita berkomunikasi melalui pesawat telepon dan mengalami gangguan, mungkin sinyal yang lemah, maka kita akan mengeja huruf dengan ejaan yang telah banyak diketahui umum, seperti charlie untuk C, alpa untuk huruf A, dan seterusnya. Contoh lain, apabila kita ingin mengiklankan produk kita kepada masyarakat konsumen baik melalui media cetak (koran, majalah, atau tabloid) ataupun elektronik (radio dan televisi), maka redundansi berperan pada penciptaan pesan (iklan) yang dapat menarik perhatian, sangat simpel, sederhana, berulang-ulang dan mudah untuk diprediksikan (predictable).
Selain masalah gangguan, redundansi juga membantu mengatasi masalah dalam pentransmisian pesan entropik dalam proses komunikasi. Pesan yang tidak diinginkan atau tidak diharapkan, lebih baik disampaikan lebih dari satu kali, dengan berbagai cara .
Fungsi kreatif redundansi ini juga bila dikaitkan dengan khalayak, akan sangat membantu sekali pada masalah jumlah dan gangguan pesan di dalamnya. Jika pesan yang ingin disampaikan tertuju pada khalayak yang besar dan heterogen, maka pesan tersebut harus memiliki tingkat redundansi yang tinggi, sehingga pesan yang disampaikan akan berhasil dan mudah dicerna. Sebaliknya, jika khalayak berada pada jumlah yang kecil, spesialis, dan homogen, maka pesan yang akan disampaikan akan lebih entropik.
Contoh dari fungsi redundansi di atas misalnya pada pemaknaan seni populer (popular art) yang lebih redundan dari pada seni bercita rasa tinggi (highbrow art). Hal ini dikarenakan seni populer lebih mudah untuk dicerna dan dipahami oleh banyak khalayak dari pada seni bercita rasa tinggi di mana khalayak yang mengerti hanya beberapa Berapa golongan elit saja Selain masalah di atas, konsep redundansi juga bisa diperluas hubungannya dengan konvensi dan hubungan realitas sosial masyarakat. redudansi dan konvensi
Konvensi adalah menyusun suatu pesan dengan pola-pola yang sama. Pengertian sederhananya dapat dipahami sebagai bentuk baku yang telah umum diterima sebagai pedoman. Sebagai contoh, dalam karya sastra lama ada yang disebut dengan pantun. Pantun merupakan salah satu bentuk karya sastra lama (klasik) yang memiliki karakteristik tersendiri. Cirinya antara lain berpola AB AB, artinya bunyi huruf terakhir dari dua baris terakhir pasti sama dengan bunyi dua huruf terakhir dua baris pertama. Contoh:
Jalan-jalan ke sawah Lunto
Keliling jalan Batu Sangkar
Tegaklah tikus berpidato
Kucing mendengar habis bertengkar
Pada contoh pantun di atas, kita setidaknya dapat meramalkan bahwa baris ketiga dan keempat pasti memiliki bunyi yang sama dengan baris pertama dan kedua, walaupun kita belum mengetahui isi dan maknanya. Hal ini dikarenakan pantun menekankan pengulangan dan pola-pola yang bisa diramalkan. Sehingga ini bisa meningkatkan redundansi dan menurunkan entropi.
Ketika berbicara masalah entropi dan redundansi pada masalah karya seni , kita mengetahui bahwa karya seni bukan merupakan hal yang statis dan kaku. Ia akan terus berubah dan bersifat dinamis seiring perkembangan nilai dan corak hidup masyarakat. Karya seni ada kalanya akan bersifat ‘nakal’ atau ‘nyeleneh’ dan melanggar konvensi-konvensi yang ada, sehingga menjadi entropik bagi khalayak yang ada di dekatnya. Namun, ia juga akan berusaha mengikis imej itu secara perlahan dengan membangun sendiri konvensi-konvensi baru yang awalnya hanya ada pada khalayak yang jumlahnya terbatas. Maka dengan sendirinya karya seni tadi akan diterima dan dipelajari secara luas, sehingga dapat meningkatkan redundansinya. Sebagai contoh, seni lukis tubuh (body paint) yang dahulu dianggap tabu sekarang dianggap sebagai hal yang biasa dan mempunyai nilai seni. (Everett M. Rogers,1987.90)
Teori informasi yang dikemukakan Shannon dan Weaver ini banyak menuai kritik . Salah satunya adalah ia tidak mnjelaskan konsep umpan balik (feedback) dalam model teorinya. Padahal dalam konsep analogi pesawat telepon yang ia kemukakan, konsep umpan balik sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan komunikasi. Hal ini dikarenakan teori yang ia kaji hanya melihat komunikasi sebagai fenomena linear satu arah.
Teori informasi (matematis) yang ia kaji hanya melihat komunikasi dari faktor komunikator yang dominan. Padahal penerima sebagai komunikan pun adalah bagian dari proses komunikasi yang akan terlibat jika konsep umpan balik ia masukkan. Selain itu umpan balik juga justru bisa memberitahukan kegagalan dalam komunikasi. Sebagai contoh, ketika seseorang menelpon dan yang ditelepon tidak melakukan reaksi apapun, atau mungkin sinyal di udara lemah, maka reaksi diam penerima sebenarnya adalah umpan balik bagi sumber atau penelpon.
Selain konsep umpan balik yang tidak diusung dalam teori informasi, sebenarnya, Shannon dan weaver juga tidak mengkaji detil tentang peranan medium (media) dalam teorinya. Ia hanya terfokus pada fungsi saluran atau transmitter. Padahal konsep medium tidak dapat dipisahkan dari konsep transmisi yang ia usung sebelumnya.
Secara garis besar, jika dibandingkan dengan teori kontemporer, misalnya, interaksionisme simbolik, model teori Shannon dan Weaver ini terlalu sederhana. Padahal komunikasi terdiri dari banyak aspek seperti yang dikatakan Schramm sebagai area studi Multidisipliner. Ia akan selalu berkaitan dengan ilmu sosial, psikologi, kejiwaan, teknologi, bahkan perang. Sedangkan secara FILSAFAT, komunikasi adalah “suatu disiplin yang menelaah pemahaman secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis kritis, dan holistis teori dari proses komunikasi yang meliputi segala DIMENSI”, Menurut :
• Bidangnya;
• Sifatnya;
• Tatanannya;
• Tujuannya;
• Fungsinya;
• Tekniknya; dan
• Metodenya
Tujuan Komunikasi :
a. Mengubah Sikap (to change the attitude)
b. Mengubah Opinin (to change the opinion)
c. Mengubah Perilaku (to change the behavior)
d. Mengubah Masyarakat (to change the society) (Deni Darmawan, 1993.25)
Fungsi Komunikasi :
a. Menginformasikan (to inform)
b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertain)
d. Mempengaruhi (to influence)
Teknik Komunikasi :
a. Komunikasi Informatif
b. Komunikasi Persuasif
c. Komunikasi Pervasif
d.Komunikasi Koersif
e. Komunikasi Instruktif

Etika, Nilai dan Norma
Dua Macam Etika yang Berkaitan Dengan Nilai dan Norma :
Pertama, Etika Deskriptif;
Berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan pola prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika Deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya, yaitu mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya. Ia berbicara mengenai kenyataan penghayatan nilai, tanpa menilai, dalam suatu masyarakat, tentang sikap orang dalam menghadapi hidup ini, dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak secara etis.(Day Denis,1990.89)
Kedua, Etika Normatif;
Berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia, atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia, dan apa tindakan yang seharusnya diambil untuk mencapai apa yang bernilai dalam hidup ini.
Etika Normatif berbicara mengenai norma-norma yang menuntun tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma. Ia menghimbau manusia untuk bertindak yang baik dan menghindari yang jelek.
Bedanya dari kedua macam etika :
Etika Deskriptif memberi fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.
Sedangkan Etika Normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Jadi dapat dikatakan bahwa etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.
• Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang mau kita lakukan dalam situasi tertentu dalam hidup kita sehari-hari.
• Etika membantu kita untuk membuat pilihan, pilihan nilai yang terjelma dalam sikap dan perilaku kita yang sangat mewarnai dan menentukan makna kehidupan kita. (Mc Luhan, Marshall,1987.29)
2. Proses komunikasi
Dalam perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan, terjadinya suatu proses komunikasi (isi pesan berupa pikiran dan lambang umumnya bahasa).Walter Lippman menyebut isi pesan “picture in our head”, sedangkan Walter Hagemann menamakannya “das Bewustseininhalte”. Proses ‘mengemas’ atau ‘membungkus’ pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator, yang dinamakan ‘encoding’. Sedangkan proses dalam diri komunikan disebut ‘decoding’ (seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan). Proses komunikasi
Setiap hari kita melakukan komunikasi. Bahkan sebagian besar kegiatan dalam kehidupan kita adalah untuk berkomunikasi. Apapun yang Anda sampaikan--entah itu cerita lucu, kisah sedih, atau paparan teori Fisika yang rumit,--yang paling terutama pesan Anda itu harus bisa dimengerti oleh orang lain. Kalau pesan itu tidak bisa dimengerti maka kegiatan itu tidak bisa disebut sebagai komunikasi. Secara sederhana, komunikasi dapat didefinisikan sebagai sebuah tindakan mengirimkan pesan yang dapat dipahami kepada orang lain. (Onong Uchyana,1993.198)
Di dalam komunikasi lisan, ada dua cara dasar di dalam berkomunikasi, yaitu: komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal. Di dalam komunikasi verbal, kita menyampaikan pesan menggunakan kata-kata(bahasa). Sedangkan di dalam komunikasi non-verbal, kita mengirimkan pesan menggunakan tanda-tanda, simbol, sikap tubuh (gesture), ekspresi wajah, nada bicara dan tekanan kalimat.
Bagaimana sih cara kerja komunikasi? Faktor apa yang menunjang keberhasilan dalam berkomunikasi? Proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat komponen, yaitu:
1. Komunikator, Sumber Komunikasi atau Pengirim Pesan, yakni seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi yang mengambil inisiatif mengirimkan pesan.
2. Pesan, berupa lambang atau tanda, seperti kata-kata (dalam bentuk tertulis atau lisan) gesture dll.
3. Media atau Saluran Komunikasi, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat pengiriman pesan (misalnya telepon, radio, surat, suratkabar, email, SMS, TV atau gelombang udara
4. Komunikan atau Penerima Pesan, yakni seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sasaran penerima pesan.
Di samping keempat elemen tersebut, masih ada tiga elemen atau faktor lain yang juga penting dalam proses komunikasi, yakni:
5. Dampak/Akibat/Hasil yang terjadi pada pihak penerima/komunikan.
6. Umpan balik (feedback), yakni reaksi atau tanggapan balik dari pihak penerima/komunikan atas pesan yang diterimanya.
7. Gangguan (noise) yakni faktor-faktor eksternal maupun internal (psikologis) yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi.(Trimo MLS,1998,23)
Secara sederhana, proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:Pertama-tama, proses komunikasi selalu ditimbulkan oleh inisiatif seseorang yang ingin menyampaikan sebuah pesan kepada orang lain atau sekelompok orang. Orang yang memprakarsai komuniasi ini disebut sebagai Komunikator. Jika Anda berbicara kepada teman Anda, isi perkataan Anda itulah yang disebut dengan pesan (message) Anda. Ketika Anda mengirimkan SMS, Anda juga sedang mengirimkan pesan. Demikian juga, ketika Anda ingin menyampaikan cerita Alkitab pada anak-anak Sekolah Minggu, Anda pun sebenarnya mengambil inisiatif untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Supaya bisa menyampaikan pesan, komunikator itu membutuhkan media atau saluran. Ibarat kantor Perusahaan Air Minum (PAM), mereka membutuhkan saluran untuk meneruskan air yang mereka olah supaya sampai kepada pelanggan. Mereka bisa memakai pipa, selang plastik, selokan, atau truk tangki. Demikian juga dalam proses komunikasi, ada berbagai pilihan saluran komunikasi: lewat kabel (telepon, TV kabel, internet), gelombang elektronik (handphone, televisi, radio), cetakan (surat kabar, surat, majalah, buku).
Lalu bagaimana dengan pembawa cerita? Mereka memakai saluran komunikasi apa? Di dalam ranah komunikasi lisan, saluran komunikasi yang digunakan adalah melalui panca indera manusia. Kita dapat menerima pesan itu menggunakan satu atau lebih indera kita. Ketika melihat langit yang mendung, kita menangkap pesan bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Ketika kita mendengar suara bergemuruh di stasiun, kita mendapat pesan bahwa kereta api sebentar lagi akan lewat. Ketika kita merasa pahit ketika mencicipi makanan, kita memperoleh informasi bahwa makanan tersebut tidak enak.
Di dalam komunikasi lisan, indera yang paling sering digunakan untuk menerima pesan adalah penglihatan dan pendengaran kita. Itu sebabnya kalau Anda berkomunikasi dengan orang buta dan tuli, maka Anda akan menemui hambatan. Mengapa demikian? Karena kedua saluran komunikasi mereka yang paling utama telah tertutup. Banyak orang yang menganggap bahwa dalam komunikasi lisan, yang paling penting adalah berkomunikasi menggunakan kata-kata (suara). Pada kenyatannya, komunikan Anda, yaitu anak-anak, tidak hanya mendengar cerita Anda, tapi juga melihat Anda. Mereka mengamat-amati gerak-gerik Anda, ekspresi Anda, dandanan Anda, tekanan suara Anda,dll. Semua yang mereka lihat ini dapat memperkuat pesan yang Anda sampaikan; Tapi bisa juga berakibat sebaliknya, yaitu melemahkan pesan Anda.
Dalam penyampaian pesan melalui media, komunikasi ini ada kemungkinan akan menemui gangguan. Ibarat saluran pipa PAM, jika pipa ini yang mengalami kebocoran, maka akibatnya pelanggan menerima air yang berkualitas buruk. Demikian juga di dalam komunikasi. Karena ada gangguan (noise) dalam saluran komunikasi, maka akibatnya pesan yang diterima oleh komunikan mengalami gangguan.
Ada dua macam gangguan: gangguan eksternal dan gangguan internal. Gangguan eksternal adalah berbagai gangguan yang berasal dari luar komunikator dan komunikan. Gangguan ini dapat berupa suara gaduh, suhu udara yang panas, ada hal lain yang lebih menarik perhatian audiens, bau yang tidak sedap, udara yang terlalu dingin dll. Gangguan dari luar biasanya tidak banyak mengganggu media atau saluran komunikasi, sepanjang tingkat gangguan itu masih bisa ditoleransi. Akan tetapi gangguan yang lebih sulit untuk dikendalikan adalah gangguan internal. Gangguan ini berasal dari faktor-faktor psikologis. Misalnya rasa takut, kecewa, cemas, grogi atau gejolak emosi lainnya. Sebagai contoh, anak yang baru saja pindah ke kelompok Sekolah Minggu Anda, biasanya dia akan menemui kesulitan di dalam menerima pesan yang Anda sampaikan. Penyebabnya, karena dia merasa cemas sebagai anak baru. Dia merasa berada di dalam lingkungan yang masih asing. Dia tidak merasa aman, karena belum memiliki kenalam. Akibatnya, dia tidak bisa berkonsentrasi di dalam menyimak cerita Guru Sekolah Minggu.
Pesan yang disampaikan oleh komunikator ini harus melewati berbagai gangguan (noise). Pesan-pesan ini harus bisa lolos dari berbagai gangguan sebelum akhirnya bisa mencapai komunikan. Komunikasi terjadi apabila komunikan bisa mengerti pesan-pesan yang diterimanya.
Aspek berikutnya di dalam proses komunikasi adalah umpan balik. Umpan balik adalah informasi yang diberikan oleh komunikan kepada komunikator, yang menandakan bahwa pesan tersebut telah diterima dan dipahami. Melalui umpan balik ini, komunikator dapat memeriksa dan memastikan apakah penerima pesan atau komunikan sudah menerima pesan, sesuai dengan keinginannya atau tidak. Ada kemungkinan, pesan yang dipahami oleh komunikan itu berbeda dengan yang di yang dikehendaki. Hal ini bisa terjadi karena pesan tersebut mengalami gangguan selama pengiriman. Akibatnya, pesan tersebut tidak dapat diterima dengan utuh. Ilustrasi berikut ini bisa menjelaskan:
Seorang Ibu baru saja melahirkan bayi kembar empat. Dia segera meraih handphone-nya. Dia ingin membagikan kabar gembira ini kepada redaksi suratkabar di kotanya.Namun dia karena berada di dalam gedung rumah sakit, maka sinyal di sana sangat lemah. Sambungan telepon itu buruk dan terputus-putus."Pak, saya mengabarkan bahwa saya telah melahirkan kembar empat," kata Ibu itu.Dari ujung telepon, terdengar suara redaksi suratkabar, "Apakah Ibu bisa mengulanginya lagi?"Dengan kesal Ibu itu menjawab, "Tidak,Pak. Punya anak empat saja sudah cukup banyak."
Di sini, ada kesalahan penerimaan pesan antara Ibu dan Redaksi. Redaksi sebenarnya meminta Ibu itu supaya mengulangi berita pertama karena dia tidak bisa mendengar dengan jelas. Akan tetapi Ibu itu mengira Redaksi tadi menanyakan apakah dia mau melahirkan kembar empat lagi! (Day Denis,1987,34)
Di dalam komunikasi lisan, umpan balik itu bisa berupa kata-kata. Akan tetapi yang lebih sering muncul justru berupa pesan nonverbal. Misalnya, komunikasn tersenyum yang menandakan bahwa dia merasa senang, mengangguk sebagai isyarat setuju, atau gelisah yang menunjukkan bahwa dia merasa bosan. Pada tulisan berikutnya, kita akan membahas tentang berbagai jenis umpan balik, cara mengenalinya dan bagaimana menghindari umpan balik yang negatif.
1. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis;
Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau “melemparkan” dengan bibir kalau lisan, atau dengan tangan kalau tulisan. Penangkapan pesan itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata, atau indera-indera lainnya. Adakalanya komunikasi tersebar dalam jumlah relatif banyak, sehingga untuk menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana, dalam situasi ini dinamakan komunikasi massa.
3. Hambatan-Hambatan Komunikasi

Dalam praktek berkomunikasi biasanya seseorang akan menemui berbagai macam hambatan yang jika tidak dapat ditanggapi dan disikapi secara tepat akan membuat proses komunikasi yang terjadi menjadi sia-sia karena pesan tidak tersampaikan atau yang sering terjadi adalah terjadinya penyimpangan. Adapun hal-hal yang sering terjadi adalah karena ketidakmampuan seorang penyampai pesan dalam:
• Berkomunikasi sesuai tingkatan bahasa para pendengarnya.
Seorang pedagang makanan yang hanya lulusan SMP tentunya akan kesulitan mengerti pembicaraan seorang sarjana teknik yang berbicara menggunakan istilah-istilah tekniknya.
• Mengerti keinginan arah pembicaraan dari para pendengarnya.
Sekelompok remaja SMA tentunya wajar jika tidak tertarik pada pembicaraan mengenai permasalahan bagaimana merawat dan mendidik balita yang disampaikan seorang ibu rumah tangga.
• Mengerti kelas sosial para pendengarnya.
Sekelompok petani didesa tentunya tidak mengerti dan tidak tertarik pada pembicaraan seorang pialang mengenai perdagangan saham.
• Memahami latar belakang serta nilai-nilai yang dipegang teguh para pendengarnya.
Seorang ahli presentasipun akan sangat kesulitan menembus dan merubah "kekebalan" (kekeras-kepalaan) pendapat seorang individu apalagi kelompok masyarakat yang mengkonsumsi makanan pokok nasi menjadi gandum, kentang atau lainnya walaupun didukung "bukti-bukti dan alasan yang kuat dan benar".
"Adalah pendengar yang menentukan bagaimana sebaiknya sebuah pesan dimengerti".

Demikian pembahasan masalah berkomunikasi ini secara singkat. Semoga apa yang disampaikan dapat bermanfaat bagi semuanya. Tentunya masih banyak lagi, hal mengenai permasalahan komunikasi yang dapat dibahas pada kesempatan yang lainm sedangkan menurut pendapat ahli hambatan komunikasi adalah: Ahli Komunikasi menyatakan; tidaklah mungkin seseorang melakukan komunikasi yang sebenarnya efektif, karena ada banyak hambatan yang harus menjadi perhatian, antara lain :
a. Gangguan
- Mekanik (Mechanical channel noise); Gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
- Semantik (Semantic noise); Gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Karena melalui penggunaan bahasa.
Semantik adalah pengetahuan mengenai pengertian kata-kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata. Lambang kata yang sama mempunyai pengertian yang berbeda untuk orang-orang yang berlainan, terjadi salah pengertian Denotatif (arti yang sebenarnya dari kamus yang diterima secara umum) dan Konotatif (arti yang bersifat emosional latar belakang dan pengalaman seseorang).
b. Kepentingan
Interest atau kepentingan akan membuat seorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya.
c. Motivasi Terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Intensitasnya akan berbeda atas tanggapan seseorang terhadap suatu komunikas

Bagaimana dan seperti apa sudut maupun cara pandang seseorang terhadap apa yang didengar, dilihat atau dimengerti sangatlah di bentuk oleh latar belakang dan pengalaman pribadi perorangan.
Oleh karena itu dalam berkomunikasi apalagi mengenai masalah, adalah sangat bijak jika seorang dapat mengkomunikasikan dengan baik (benar dan tepat) dengan fleksibilas yang tinggi (kemampuan yang sangat luwes) sesuai takaran-takarannya secara proporsional (sesuai pada orang lain dan sesuai diri sendiri).
Demikian pembahasan masalah berkomunikasi ini secara singkat. Semoga apa yang disampaikan dapat bermanfaat bagi semuanya. Tentunya masih banyak lagi, hal mengenai permasalahan komunikasi yang dapat dibahas pada kesempatan yang lain.
Persepsi mengenai komunikasi organisasi perlu diketahui sebagai dasar untuk memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi organisasi. (Day Denis,1987.45)
1. Persepsi Redding dan Sanborn Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk bidang ini adalah :
1. Komunikasi Internal
2. Hubungan Manusia
3. Hubungan Persatuan Pengelola
4. Komunikasi Downward (Komunikasi Dari Atasan Kepada Bawahan)
5. Komunikasi Upward (Komunikasi Dari Bawahan Kepada Atasan)
6. Komunikasi Horizontal (Komunikasi Dari Orang-Orang Yang Sama Tingkatnya Dalam Organisasi)
keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan evaluasi program.
2. Persepsi Katz dan Kahn Komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam organisasi.
3. Persepsi Zelko dan Dance Komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.
4. Persepsi Thayer Dia memperkenalkan tiga sistem komunikasi dalam organisasi yaitu :
- berkenaan dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas-tugas atau beroperasinya organisasi;
- berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah, aturan dan petunjuk;
- berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi (hubungan dengan personal dan masyarakat, pembuat iklan
dan latihan)
5. Persepsi Greenbaunm Bidang komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Dia membedakan komunikasi internal dengan eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama sebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi serta masalah menggiatkan aktivitas.
Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi, tapi ada beberapa hal yang dapat disimpulkan :
• Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal
maupun eksternal.
• Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.
• Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan keterampilannya.
Definisi dan konsep kunci komunikasi organisasi
Dari definisi tersebut terdapat tujuh konsep kunci yaitu :
Proses Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan diantara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus menerus tanpa henti maka dikatakan sebagai suatu proses.
Pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang, obyek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang lain. Dalam komunikasi organisasi kita mempelajari pertukaran pesan dalam seluruh organisasi. Pesan dalam organisasi ini dapat dilihat menurut beberapa klasifikasi yang berhubungan dengan :
bahasa (verbal dan non-verbal)
penerima (internal dan eksternal)
metode difusi (bagaimana pesan disebarluaskan)
arus tujuan dari pesan (berkenaan dengan tugas-tugas dalam organisasi, pemeliharaan organisasi dan kemanusiaan dan inovasi/Redding dalam Goldhaber, 1986). Menurut Thayer arus tujuan dari pesan adalah untuk memberi informasi, mengatur, membujuk dan mengintegrasikan ).
Jaringan Organisasi terdiri dari satu seri orang yang masing-masing menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Pertukaran pesan dari orang-orang tersebut melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi.
Hakikat dan luas jaringan ini dipengaruhi oleh faktor yang masing-masing mempengaruhi jaringan komunikasi yaitu :
hubungan peranan (formal dan informal)
arah dan arus pesan (komunikasi kepada atasan, komunikasi kepada bawahan dan komunikasi horizontal)
isi dari pesan
Keadaan saling tergantung Keadaan saling tergantung antara satu bagaian dengan bagian lainnya telah menjadi sifat dari suatu organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka.
Bila suatu bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh pada bagaian lainnya dan mungkin juga pada seluruh sistem organisasi.
Hubungan Karena organisasi merupakan sistem kehidupan sosial, maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada tangan manusia. Oleh karena itu hubungan manusia dalam organisasi yang menfokuskan kepada tingkahlaku komunikasi dari orang yang terlibat dalam satu hubungan perlu dipelajari.
Lingkungan Yang dimaksud dengan lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Lingkungan ini dapat dibedakan :
Lingkungan internal (karyawan, golongan fungsional dari organisasi,komponen organisasi lainnya seperti tujuan, produk/jasa dsb)
Lingkungan eksternal ( pelanggan, kompetitor, teknologi, dsb)
Ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi yang diharapkan. Untuk mengurangi ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar pesan di antara anggota, penelitian, pengembangan organisasi dan menghadapi tugas-tugas yang kompleks dengan integritas yang tinggi.
Pendekatan komunikasi organisasi
Untuk melihat komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat digunakan tiga pendekatan, yaitu :
Pendekatan Makro Dalam pendekatan makro organisasi dipandang sebagai suatu struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi, organisasi melakukan aktivitas tertentu seperti :
Memproses informasi dan lingkungan
Mengadakan identifikasi
Melakukan intergrasi dengan organisasi lain
Menentukan tujuan organisasi
Pendekatan Mikro Pendekatan ini terutama menfokuskan kepada komunikasi dalam unit dan sub-unit pada suatu organisasi. Komunikasi yang diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota kelompok seperti :
Komunikasi untuk pemberian orientasi dan latihan
Komunikasi untuk melibatkan anggota kelompok dalam tugas kelompok
Komunikasi untuk menjaga iklim organisasi
Komunikasi dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaan
Komunikasi untuk mengetahui rasa kepuasan kerja dalam organisasi
Pendekatan individual berpusat pada tingkahlaku komunikasi individual dalam organisasi. Semua tugas-tugas yang telah diuraikan pada dua pendekatan sebelumnya diselesaikan oleh komunikasi individual satu sama lainnya. Ada beberapa bentuk komunikasi individual :
Berbicara pada kelompok kerja
Menghadiri dan berinteraksi dalam rapat-rapat
Menulis dan mengonsep surat
Berdebat untuk suatu usulan
Setiap hari kita melakukan komunikasi. Bahkan sebagian besar kegiatan dalam kehidupan kita adalah untuk berkomunikasi. Apapun yang Anda sampaikan--entah itu cerita lucu, kisah sedih, atau paparan teori Fisika yang rumit,--yang paling terutama pesan Anda itu harus bisa dimengerti oleh orang lain. Kalau pesan itu tidak bisa dimengerti maka kegiatan itu tidak bisa disebut sebagai komunikasi. Secara sederhana, komunikasi dapat didefinisikan sebagai sebuah tindakan mengirimkan pesan yang dapat dipahami kepada orang lain.
Di dalam komunikasi lisan, ada dua cara dasar di dalam berkomunikasi, yaitu: komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal. Di dalam komunikasi verbal, kita menyampaikan pesan menggunakan kata-kata(bahasa). Sedangkan di dalam komunikasi non-verbal, kita mengirimkan pesan menggunakan tanda-tanda, simbol, sikap tubuh (gesture), ekspresi wajah, nada bicara dan tekanan kalimat.
Bagaimana sih cara kerja komunikasi? Faktor apa yang menunjang keberhasilan dalam berkomunikasi? Proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat komponen, yaitu:
1. Komunikator, Sumber Komunikasi atau Pengirim Pesan, yakni seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi yang mengambil inisiatif mengirimkan pesan.
2. Pesan, berupa lambang atau tanda, seperti kata-kata (dalam bentuk tertulis atau lisan) gesture dll.
3. Media atau Saluran Komunikasi, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat pengiriman pesan (misalnya telepon, radio, surat, suratkabar, email, SMS, TV atau gelombang udara
4. Komunikan atau Penerima Pesan, yakni seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sasaran penerima pesan.
Di samping keempat elemen tersebut, masih ada tiga elemen atau faktor lain yang juga penting dalam proses komunikasi, yakni:
5. Dampak/Akibat/Hasil yang terjadi pada pihak penerima/komunikan.
6. Umpan balik (feedback), yakni reaksi atau tanggapan balik dari pihak penerima/komunikan atas pesan yang diterimanya.
7. Gangguan (noise) yakni faktor-faktor eksternal maupun internal (psikologis) yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi.( Deni Darmawan,1999,56)
Secara sederhana, proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:Pertama-tama, proses komunikasi selalu ditimbulkan oleh inisiatif seseorang yang ingin menyampaikan sebuah pesan kepada orang lain atau sekelompok orang. Orang yang memprakarsai komuniasi ini disebut sebagai Komunikator. Jika Anda berbicara kepada teman Anda, isi perkataan Anda itulah yang disebut dengan pesan (message) Anda. Ketika Anda mengirimkan SMS, Anda juga sedang mengirimkan pesan. Demikian juga, ketika Anda ingin menyampaikan cerita Alkitab pada anak-anak Sekolah Minggu, Anda pun sebenarnya mengambil inisiatif untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Supaya bisa menyampaikan pesan, komunikator itu membutuhkan media atau saluran. Ibarat kantor Perusahaan Air Minum (PAM), mereka membutuhkan saluran untuk meneruskan air yang mereka olah supaya sampai kepada pelanggan. Mereka bisa memakai pipa, selang plastik, selokan, atau truk tangki. Demikian juga dalam proses komunikasi, ada berbagai pilihan saluran komunikasi: lewat kabel (telepon, TV kabel, internet), gelombang elektronik (handphone, televisi, radio), cetakan (surat kabar, surat, majalah, buku).
Lalu bagaimana dengan pembawa cerita? Mereka memakai saluran komunikasi apa? Di dalam ranah komunikasi lisan, saluran komunikasi yang digunakan adalah melalui panca indera manusia. Kita dapat menerima pesan itu menggunakan satu atau lebih indera kita. Ketika melihat langit yang mendung, kita menangkap pesan bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Ketika kita mendengar suara bergemuruh di stasiun, kita mendapat pesan bahwa kereta api sebentar lagi akan lewat. Ketika kita merasa pahit ketika mencicipi makanan, kita memperoleh informasi bahwa makanan tersebut tidak enak.
Di dalam komunikasi lisan, indera yang paling sering digunakan untuk menerima pesan adalah penglihatan dan pendengaran kita. Itu sebabnya kalau Anda berkomunikasi dengan orang buta dan tuli, maka Anda akan menemui hambatan. Mengapa demikian? Karena kedua saluran komunikasi mereka yang paling utama telah tertutup. Banyak orang yang menganggap bahwa dalam komunikasi lisan, yang paling penting adalah berkomunikasi menggunakan kata-kata (suara). Pada kenyatannya, komunikan Anda, yaitu anak-anak, tidak hanya mendengar cerita Anda, tapi juga melihat Anda. Mereka mengamat-amati gerak-gerik Anda, ekspresi Anda, dandanan Anda, tekanan suara Anda,dll. Semua yang mereka lihat ini dapat memperkuat pesan yang Anda sampaikan; Tapi bisa juga berakibat sebaliknya, yaitu melemahkan pesan Anda.
Dalam penyampaian pesan melalui media, komunikasi ini ada kemungkinan akan menemui gangguan. Ibarat saluran pipa PAM, jika pipa ini yang mengalami kebocoran, maka akibatnya pelanggan menerima air yang berkualitas buruk. Demikian juga di dalam komunikasi. Karena ada gangguan (noise) dalam saluran komunikasi, maka akibatnya pesan yang diterima oleh komunikan mengalami gangguan.
Ada dua macam gangguan: gangguan eksternal dan gangguan internal dan. Gangguan eksternal adalah berbagai gangguan yang berasal dari luar komunikator dan komunikan. Gangguan ini dapat berupa suara gaduh, suhu udara yang panas, ada hal lain yang lebih menarik perhatian audiens, bau yang tidak sedap, udara yang terlalu dingin dll. Gangguan dari luar biasanya tidak banyak mengganggu media atau saluran komunikasi, sepanjang tingkat gangguan itu masih bisa ditoleransi. Akan tetapi gangguan yang lebih sulit untuk dikendalikan adalah gangguan internal. Gangguan ini berasal dari faktor-faktor psikologis. Misalnya rasa takut, kecewa, cemas, grogi atau gejolak emosi lainnya. Sebagai contoh, anak yang baru saja pindah ke kelompok Sekolah Minggu Anda, biasanya dia akan menemui kesulitan di dalam menerima pesan yang Anda sampaikan. Penyebabnya, karena dia merasa cemas sebagai anak baru. Dia merasa berada di dalam lingkungan yang masih asing. Dia tidak merasa aman, karena belum memiliki kenalam. Akibatnya, dia tidak bisa berkonsentrasi di dalam menyimak cerita Guru Sekolah Minggu.
Pesan yang disampaikan oleh komunikator ini harus melewati berbagai gangguan (noise). Pesan-pesan ini harus bisa lolos dari berbagai gangguan sebelum akhirnya bisa mencapai komunikan. Komunikasi terjadi apabila komunikan bisa mengerti pesan-pesan yang diterimanya.
Aspek berikutnya di dalam proses komunikasi adalah umpan balik. Umpan balik adalah informasi yang diberikan oleh komunikan kepada komunikator, yang menandakan bahwa pesan tersebut telah diterima dan dipahami. Melalui umpan balik ini, komunikator dapat memeriksa dan memastikan apakah penerima pesan atau komunikan sudah menerima pesan, sesuai dengan keinginannya atau tidak. Ada kemungkinan, pesan yang dipahami oleh komunikan itu berbeda dengan yang di yang dikehendaki. Hal ini bisa terjadi karena pesan tersebut mengalami gangguan selama pengiriman. Akibatnya, pesan tersebut tidak dapat diterima dengan utuh. Ilustrasi berikut ini bisa menjelaskan:
Seorang Ibu baru saja melahirkan bayi kembar empat. Dia segera meraih handphone-nya. Dia ingin membagikan kabar gembira ini kepada redaksi suratkabar di kotanya.Namun dia karena berada di dalam gedung rumah sakit, maka sinyal di sana sangat lemah. Sambungan telepon itu buruk dan terputus-putus."Pak, saya mengabarkan bahwa saya telah melahirkan kembar empat," kata Ibu itu.Dari ujung telepon, terdengar suara redaksi suratkabar, "Apakah Ibu bisa mengulanginya lagi?"Dengan kesal Ibu itu menjawab, "Tidak,Pak. Punya anak empat saja sudah cukup banyak."
Di sini, ada kesalahan penerimaan pesan antara Ibu dan Redaksi. Redaksi sebenarnya meminta Ibu itu supaya mengulangi berita pertama karena dia tidak bisa mendengar dengan jelas. Akan tetapi Ibu itu mengira Redaksi tadi menanyakan apakah dia mau melahirkan kembar empat lagi!
Di dalam komunikasi lisan, umpan balik itu bisa berupa kata-kata. Akan tetapi yang lebih sering muncul justru berupa pesan nonverbal. Misalnya, komunikasn tersenyum yang menandakan bahwa dia merasa senang, mengangguk sebagai isyarat setuju, atau gelisah yang menunjukkan bahwa dia merasa bosan. Pada tulisan berikutnya, kita akan membahas tentang berbagai jenis umpan balik, cara mengenalinya dan bagaimana menghindari umpan balik (Deni Darmawan,1999,23)



C. KESIMPULAN
Komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya, yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana dimulai dengan sejumlah ide-ide yang abstrak atau pikiran dalam otak seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung maupun tidak langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau kode tulisan. Dan prosesnya sesuai dengan metode yang di gunakan.























Daptar pustaka
3. Onong Uchyana, Filsafat Ilmu dan Teori Komunikasi, Jakarta: Dinastindo, 1993
4. Weisgerber, R.A, Introduction Communication, New York: Mc Graw Hill, 1964
5. Day Denis, Learning and Communication Theory dalam Central States Speech Journal No. 15, p. 84-89.
6. Mc Luhan, Marshall, Understanding Media, New York: Mc Graw Hill, 1964
7. Trimo MLS, Pengembangan Pendidikan Bab V, Bandung: Rosda Karya, 1987
8. Mowrer, O.H., Ego Psychology, Cybernetics, and Learning Theory,New York: John Wiley, 1954.
9. Deni Darmawan, Pengantar Komunikasi Pendidikan Proyeksi dalam Bidang Infomasi, Sosial dan Psikologi, Bandung: IKIP Bandung, 1999.
10. Everett M. Rogers, Communication Technology, London: Colier Macmilan Publisher, 1986
11. Charlest R. Berger. E Steven H. Chaffee, Hand Book of Communication Science, New Delhi: Sage Publication, 1987.
12. Denis Mcquail an Steven Windal, Communications Models, London: Longman Publisher, 1988
13. Rogers D. Wimmer and Joseph R. Dominik, Mass Media Research, California: Wadworth Publishing Company, 1987
14. L. David Ritchie, Communication Information, New Delhi: Sage Publication, 1991
15. Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Rosda Karya, 1996.
16. www.pendidikan indonesia.com
17. www.E-Bookeducation.com
18. www. Yahoo.com





















Soal soal
1. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk bidang ini adalah

a. komunikasi internal
b. lingkungan
c. manusia
d. masyarakat

2. Apa Tujuan Komunikasi Tersebut .
a.Mengubah Sikap (to change the attitude)
b. Mengubah Opinin (to change the opinion)
c. Mengubah Perilaku (to change the behavior)
d. Semuanya benar

3. Apa yang di maksudkan dengan komunikator itu.
a. yang menerima pesan
b. yang mengirim pesan
c. perantara pengirim pesan
d. alat untuk mengirimpesan
4. Aspek berikutnya di dalam proses komunikasi adalah umpan balik. Umpan apa yang dimaksudkan dengan umpan balik itu.

a. Informasi yang diberikan oleh komunikan kepada komunikator.
b. Proses penyampean komunikasi
c. Bahan yang akan di sampekan kepada komunikator.
d. Sistim imformasi
5. Apa yang di maksudkan dengan Komunikan atau Penerima Pesan
a. seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sasaran penerima pesan.
b. Menyampekan pesan dengan lisan
c. Menggunakan alat untuk menyampaikan pesan
d. Menggunakan pesan singkat.
6. Apa yang di namakan motivasi terpendam dalam komunikasi
a. Mendorong seseorang untuk berbuat sesuai dengan keinginannya
b. Mendorong orang bersivat agresip
c. Menjadikan orang bersemangat
d. Selalu ingin mencapai sesuatu yang terpendam.
7. Apakah pungsi dari komunikasi tersebut
. a. Menginformasikan (to inform)
b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertain
d. Semuanya benar
8. Dalam komunikassi ada istilag gangguan dan gangguan itu ada dua ada gangguan simantik dan gangguan mekanik, apakah yang dimaksudkan dengan gangguan mekanika.
a. Gangguan disebabkan oleh kegaduahn yang bersifat pisik
b. Ganguan komunikasi
c. Eror pesan
d. Gangguan yang sifatnya sementara
9. Apakah yang dimaksudkan dengan gangguan simantek dalam komunikasi
a. Pengertian komunikasinya menjadi rusak.
b. Sistim penyampean pesanya bermasalah
c. Gangguan bersifat fisik
d. Adanya komponen yang rusak dalam komunikasi
10. Apa yang dimaksudkan komunikasi pendidikan.
a. proses penyampean yang dilakukan guna menunjang keberhasilan proses pendidikan
b. proses pembelajaran antar indidvidu.
c. Diskusi dalam belajar
d. Memakai laptop dalam belajar

11. Apa Yan Dimaksudkan Etika Deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya,
a. nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya
b. Nilai dan pola
c. Manusia sebagai sebauah fakta
d. Realitas kongkri yang membudayakan
12. apa yang di maksudkan dengan etika normativ
a. memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan
b. norma dasar pri laku komunikasi
c. nilai sebuah komunikasi
d. pesan yang di sampaikan komunikator.

13. Apa bedanya etika deskriptip dan normativ.
a. Dari segi penyampean pak ta dan normanya
b. Penyampeannya
c. Prosesnya
d. Dari segi paktanya
14. Apa pendekatan makro dalam organisasi
a. Suatu struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi, organisasi melakukan aktivitas tertentu seperti :memproses informasi dan lingkunganmengadakan identifikasi melakukan intergrasi dengan organisasi lain
b. Setruktur yang sama dalam penyampean organisasi
c. Proses yang sama komunikasi
d. Arti dari tujuan komunikasi.

15. Apakah pendekatan mikro itu.
a. Pendekatan ini terutama menfokuskan kepada komunikasi dalam unit dan sub-unit pada suatu organisasi. Komunikasi yang diperlukan pada tingkat ini
b. Arah yang akan di tempuh dalam komunikasi
c. Bagian yang akan di ambila dalam komunikasi
d. Pendekatan secara global.

Tidak ada komentar: