Selasa, 10 Februari 2009

landasan pendidikan

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN ITU BEBAS NILAI ATAU TIDAK?

Metode penelitian pendidikan itu tidak bebas nilai karena tujuan pendidikan adalah untuk melahirkan manusia yang memiliki nilai-nilai moral ( etika ). Di mana penelitian pendidikan yang beretika, dalam pandangan Ibnu Miskawaih yang tertuang dalam buku Tahziibul Akhlaq meliputi hal-hal sebagai berikut :
Pertama : berkaitan dengan prinsip etika yang membahas tentang jiwa dan kecakapan-kecakapanya, hubungan baik dan kebahagiaan, tentang keutamaan-keutamaan moral an kejahatan-kejahatan koral
Kedua : Etika diarahkan pada karakter manusia dan bagaimana mendidik atau memperhalus akhlaqnya
Ketiga : Penelitian etika diarahkan pada persoalan kebaikan dan kebahagiaan
Keempat : Penelitian etika diarahkan pada persoalan keadilan
Kelima : Penelitian etika diarahkan pada persoalan cinta dan persahabatan
Keenam : Penelitian etika menyangkut kesehatan jiwa yang sangat penting bagi manusia.

Apa yang dimaksud dengan landasan aksiologis
Suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai ( value ). Menurut Brameld, ada tiga bagian yang membedakan dalam aksiologi.
Pertama, moral conduct ( tindakan moral ). bidang ini melahirkan ilmu etika.
Kedua, Estetic expression, ( ekspresi keindahan ) yang melahirkan ilmu estetika
Ketiga, socio-political life, kehidupan social politik yang melahirkan ilmu filsafat sosio plolitik
Apakah aksiologis ilmu pendidikan
Suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan manusia dan membinanya di dalam kepribadian anak. Karena untuk mengatakan sesuatu bernilai baik itu bukanlah hal yang mudah. Apabila nilai secara mendalam dalam arti untuk membina kepribadina ideal. Berikut ini adalah contoh yang dapat kita pergunakan untuk menilai seseorang itu baik, yaitu :
1. Baik, Bu, saya akan selalu baik dan taat pada ibu
2. Nak, bukankah ini bacaan yang baik untukmu
3. Baiklah, pak. Aku akan mengamalkan ilmuku.

Apakah kegunaan ilmu pendidikan itu
Kegunaan pendidikan adalah membimbing manusia dan mengarahkan pertumbuhan manusia dari tahap ke tahap kehidupan manusia sampai kepada titik optimal. Dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistim Pendidikan nasional pada Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa fungsi atau kegunaan pendidikan adalah Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

Penyelesaian suatu masaalah kependidikan sering menimbulkan masaalah kependidikan lainnya. Bagaimanakah sikap ilmuwan dibidang pendidikan menghadapi kenyataan semacam ini
Sikap para ilmuan dalam hal ini adalah mengedepankan asas nilai pendidikan, dengan cara pemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai ilmu pendidikan tidak hanya bersifat intrinsic sebagai ilmu seperti seni untuk seni, melainkan juga nilai ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam praktek mmelalui kontrol terhadap pengaruh yang negatif dan meningkatkan pengaruh yang positif dalam pendidikan. Dengan demikian ilmu pendidikan tidak bebas nilai mengingat hanya terdapat batas yang sangat tipis antar pekerjaan ilmu pendidikan dan tugas pendidik sebagi pedagok. Dalam hal ini relevan sekali untuk memperhatikan pendidikan sebagai bidang yang sarat nilai seperti dijelaskan oleh Phenix (1966). Itu sebabnya pendidikan memerlukan teknologi pula tetapi pendidikan bukanlah bagian dari iptek. Namun harus diakui bahwa ilmu pendidikan belum jauh pertumbuhannya dibandingkan dengan kebanyakan ilmu sosial dan ilmu prilaku. Lebih-lebih di Indonesia.



Mungkinkah ilmu pendidikan digunakan untuk mencapai tujuan yang tidak mendidik
Ilmu pendidikan tidak dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang tidak mendidik karena ilmu pendidikan tidak bebas nilai dan berada dalam kaidah-kaidah moral serta rumusan-rumusannya mengarah pada pengembangan manusia yang seutuhnya
Apa tujuan pendidikan itu
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistim Pendidikan nasional pada Bab II pasal 3 bahwa tujuan pendidikan itu adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Mencetak manusia yang memiliki kecerdasan inteletual, moral dan spiritual sehingga mampu mengaktualisasikan seluruh potensi ilahiyah yang ada dalam dirinya untuk menjadi khalifah dibumi guna menggapai kehidupan yang bahagia

Tujuan pendidikan itu bebas nilai atau tidak, mengapa
Pendidikan itu tdak bebas nilai karena secara praktis, pendidikan tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai, terutama yang meliputi kualitas kecerdasan, nilai ilmiah, nilai moral dan nilai agama yang semuanya tersimpul dalam tujuan pendidikan yakni membina kepribadian yang ideal.
Tujuan pendidikan, baik itu pada isinya ataupun rumusnnya, tidak akan mungkin dapat kita terapkan tanpa pengertian dan pengetahuan yang tepat tentang nilai-nilai. Membahas tentang nilai-nilai pendidikan, tentu akan lebih jelas kalau dilihat melalui rumusan dan uraian tentang tujuan pendidikanyang tersimpul dalam nilai-nilai pendidikan yang hendak diwujudkan dalam pendidikan anak didik.


Apakah disiplin ilmu lain bebas nilai

Terdapat dua kelompok ilmuwan dalam masaalah ini.
Kelompok pertama menginginkan bahwa ilmu harus bebas nilai, baik itu secara ontologis maupun secara aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk mempergunakannya apakah pengetahuan itu dipergunakan untuk tujuan baik ataukah dipergunakan untuk tujuan buruk.Kelompok ini ingin melanjutkan tradisi bebas nilai secara total seperti pada era Galileo
Kelompok kedua berpendapat bahwa pendidikan itu tidak bebas nilai dan harus berlandaskan asas-asas moral. . Golongan ini mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal :
1. Ilmu secara factual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia dan dibuktikan dengan adanya dua perang dunia yang mempergunakan teknologi keilmuan.
2. Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makin esoteric sehingga kaum ilmuwan lebih mengetahui tentang akses-akses yang mungkin terjadi bila ada penyalagunaan.
3. Ilmu telah berkembang sedemikian rupa dimana terdapat kemungkinan bahwa ilmu itu dapat mengubah manusia yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi genetika dan teknik perubahan social.

Berdasarkan ketiga hal itu maka golongan kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harus ditinjau untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakekat manusia.

Siapa yang menjamin ilmu pendidikan tidak bebas nilai
Manusia yang menjamin ilmu pendidikan tidak bebas nilai karena manusia sebagai subyek sekaligus obyek dari ilmu pendidikan dimana manusia adalah makhluk social dan makhluk budaya. Sebagai makhluk social tentunya manusia selalu hidup bersama dalam interaksi dan interdependensi dengan sesamanya. Oleh karena itu, manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya tanpa orang lain. Karena pada dasarnya manusia akan membutuhkan sesuatu dari orang lain, baik itu berupa jasmaniah maupun rohani. Dalam rangka membangun sifat social tersebut, manusia menghadapi masaalah-masalah social yang berkaitan dekat dengan nilai-nilai. Nilai-nilai itu merupakan factor internal dengan hubungan antarsocial tersebut, sebagaimana dikatakan Celsius, ubi sociates, idius dimana ada suatu masyarakat disana pasti ada hukum dengan kata lain dimana ada masyarakat maka disitulah akan timbulnya suatu nilai-nilai.
Nilai tentang baik buruk sendiri itu apa
Secara umum cakupan pengertian nilai itu tak terbatas. Maksudnya segala sesuatu dalam alam raya ini bernilai. Dalam Ensiklopedi Britanica disebutkan, bahwa nilai itu merupakan suatu penetapan atau suatu kualitas suatu obyek yang menyangkut suatu jenis apresiasi.
Perkembangan penyelidikan ilmu pengetahuan tentang nilai menyebabkan beragam pandangan manusia tentang nilai-nilai. Begitu juga sejarah peradaban manusia mengenai nilai masih merupakan problem, meskipun selama itu pula manusia tetap tidak mengingkari efektifitas nilai di dalam hidupnya. Diantaranya Penganut sofisme yang dimotori oleh Pitagoras ( 481 – 411 SM ) berpendapat bahwa nilai bersifat relative tergantung pada waktu. Edangkan menurut kaum idealisme, nilai itu bersifat normative dengan kualita baik dan buruk. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai itu merupakan hail dari kreativitas manusia dalam rangka melakukan kegiatan social baik itu berupa cinta, simpati dan lain-lain.


Kekeliruan praktek pendidikan dampaknya sering baru diketahui setelah berlangsung lama. Bagaimana sikap seorang ilmuan di bidang ilmu pendidikan dalam menghadapi kenyataan seperti tersebut,
Para ilmuan disisni mengedepankan asas pendidikan itu sendiri, dengan penggunaan teori yang ada .seperti sebuah ungkapan yang mengatakan.
“Praktek tanpa teori adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan teori praktek hanya untuk orang-orang jenius”.
Ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral. Sebaliknya apabila pendidikan dalam praktek dipaksakan tanpa teori dan alasan yang memadai maka hasilnya adalah bahwa semua pendidik dan peserta didik akan merugi. Kita merugi karena tidak mampu bertanggung jawab atas esensi perbutan tersebut.



Fungsi ilmu pendidikan adalah untuk menjelaskan, meramalkan dan mengendalaikan terjadinya fenomena pendidikan. Apakah contoh mikro dan makro dari pelaksanaan fungsi-fungsi pendidikan tersebut.
Pada skala mikro pendidikan bagi individu dan kelompok kecil beralngsung dalam skala relatif tebatas seperti antara sesama sahabat, antara seorang guru dengan satu atau sekelompok kecil siswanya, serta dalam keluarga antara suami dan isteri, antara orang tua dan anak serta anak lainnya. Pendidikan dalam skala mikro diperlukan agar manusia sebagai individu berkembang semua potensinya dalam arti perangkat pembawaanya yang baik dengan lengkap. Manusia berkembang sebagai individu menjadi pribadi yang unik yang bukan duplikat pribadi lain. Tidak ada manusia yang diharap mempunyai kepribadian yang sama sekalipun keterampilannya hampir serupa. Dengan adanya individu dan kelompok yang berbeda-beda diharapkan akan mendorong terjadinya perubahan masyarakat dengan kebudayaannya secara progresif. Pada tingkat dan skala mikro pendidikan merupakan gejala sosial yang mengandalkan interaksi manusia sebagai sesama (subyek) yang masing-masing bernilai setara. Tidak ada perbedaan hakiki dalam nilai orang perorang karena interaksi antar pribadi (interpersonal) itu merupakan perluasan dari interaksi internal dari seseorang dengan dirinya sebagai orang lain, atau antara saya sebagai orang kesatu (yaitu aku) dan saya sebagai orang kedua atau ketiga (yaitu daku atau-ku; harap bandingkan dengan pandangan orang Inggris antara I dan me).
Pada skala makro pendidikan berlangsung dalam ruang lingkup yang besar seperti dalam masyarakat antar desa, antar sekolah, antar kecamatan, antar kota, masyarakat antar suku dan masyarakat antar bangsa. Dalam skala makro masyarakat melaksanakan pendidikan bagi regenerasi sosial yaitu pelimpahan harta budaya dan pelestarian nilai-nilai luhur dari suatu generasi kepada generasi muda dalam kehidupan masyarakat. Diharapkan dengan adanya pendidikan dalam arti luas dan skala makro maka perubahan sosial dan kestabilan masyarakat berangsung dengan baik dan bersama-sama. Pada skala makro ini pendidikan sebagai gejala sosial sering terwujud dalam bentuk komunikasi terutama komunikasi dua arah. Dilihat dari sisi makro, pendidikan meliputi kesamaan arah dalam pikiran dan perasaan yang berakhir dengan tercapainya kemandirian oleh peserta didik. Maka pendidikan dalam skala makro cenderung dinilai bersifat konservatif dan tradisional karena sering terbatas pada penyampaian bahan ajar kepada peserta didik dan bisa kehilangan ciri interaksi yang afektif.
Daptar pustaka

Undang undang pendidikan nasional no 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional
H. jalaludin .prof.DR. filsafat pendidikan, media grub.jogyakarta 2007
Jujun sumarsih ,filsafatt ilmu .pustaka Jakarta,jakatrta .2000
Umar tirta raharja ,prof.DR.pengantar pendidikan. Rineka cipta.jakarata.

Tidak ada komentar: